12DclHzeGq8Vg6OExIjZhg77PyGlDl1Jr4gug2ariAG4
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
19.54 |
MAKALAH
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL
REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Untuk
Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Yang diampu oleh Ibu Siti Nurlaila,
S.Psi., M.Psi. dan Triana Asih, S.Pd., M.Pd.
Oleh :
Kelompok 8
1.
Livia Indri Puasari (15320046)
2. Sarni
Warningsih (15320065)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGR AM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Mei 2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kami sehigga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN ” .
Penyusun
makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik dan untuk mengetahui perkembangan morallitas Remaja serta
Implikasinya dalam Pendidikan.
Penulis
menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan
tersebut terutama disebabkan karena kelemahan dan keterbatasan pengetahuan
serta kemampuan penulis. Hanya dengan kearifan dan bantuan dari berbagai pihak
untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif maka kekurangan-kekurangan
tersebut dapat diperkecil. Namun dalam penulisan makalah ini ada sepercik
harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta diridlai
oleh Allah SWT amin.
Metro,
Mei 2016
Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Permasalahan
Peserta didik merupakan aset utama dalam misi
memajukan bangsa. Mereka perlu didik dengan benar supaya tidak menjadi generasi
penerus yang salah kaprah. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup
akademik namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang
sesuai dengan norma hukum dan agama. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, tentang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bab II Pasal 4, dijelaskan bahwa:
”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan bangsa”1. Ini merupakan salah satu dasar dan tujuan dari pendidikan
nasional yang seharusnya menjadi acuan bangsa Indonesia. Dipasal tersebut juga
membahas tentang tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan . Maka dari itu diperlukan pengembangan moral
pada peserta didik. Ditambah lagi dengan semakin menurunnya moral dan akhlak
remaja masa kini yang ditandai dengan aksi anarkis, penggunaan narkoba, free
sex, dan pornografi sehingga urgensi pengembangan moral harus lebih ditekankan
dalam lingkup pendidikan.
B. Rumusan
Permasalahan
1. Apa
saja karakteristik pengembangan moral ?
2. Apa
penyebab akhlak dan moral remaja masa kini semakin menurun?
3. Apa
faktor-faktor pengembangan moral ?
4. Upaya
apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan moralitas pada remaja?
5. Bagaimana
implikasi perkembangan moralitas remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan?
C. Tujuan
Dan Manfaat Pembahasan
Tujuan
pembahasan makalah ini yaitu
:
1. Mengetahui penyebab akhlak dan moral remaja
masa kini semakin menurun
2. Mengetahui apa saja yang termasuk
karakteristik pengembangan moral dan religi peserta didik.
3. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhiperkembangan moral dan religi peserta didik.
4. Mengetahui dan dapat mengaplikasikan upaya
pengembangan moral dan religi peserta didik di ruang lingkup pendidikan.
5. Memahami implikasi perkembangan peserta didik
terhadap pendidikan.
D.
Metode Pembahasan
Dalam penulisan
makalah ini untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan
metode literatur (Buku) dan mencari informasi dari media elektronik atau browsing
di internet. Hal ini dilakukan untuk
menambah informasi yang berhubungan dengan
kakteristik perkembangan moralitas remaja serta Implikasinya dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Perkembangan
Moral Remaja
Ali
(2004) menyatakan bahwa moral merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam
perilaku yang harus dipatuhi. Moral
kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam
hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.
Enung
(2006) menyatakan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan
dan kelakuan , akhlak, kewajiban dan sebagainya,dapat membedakan antara yang
benar dan yang salah,moral juga mendsari dan mengendalikan seseorang dalam
bersikap dan bertingkah laku.
Sjarkawi
(2006) menyatakan bahwa morasegala hal yang berl adarulah segala hal yang
berurusan dengan sopan santun, moral berasal dari tradisi atau adat,agama dan
lain-lainnya. Moral yang baik, berasal dari cara berpikir moralnya yang tinggi
berdasarkan pertimbangan moral yang bersumber dari perkembangan moral
kognitifnya.
Karakteristik
perkembangan moralitas pada remaja, Dalam moralitas terdapat nilia-nilai moral,
yaitu seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat keburukan. Seseorang
dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Pada masa remaja, individu tersebut
harus mengendalikan perilakunya sendiri agar sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku dimasnyarakat, yang mana sebelumnya menjadi tanggung jawab guru dan
orang tua.
Tahap-tahap perkembangan moral yang
dikemukakan oleh Lawrence E. Kohlberg berikut ini:
1. Tingkat
prakonvensional pengertiannya aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral masih
ditafsirkan oleh individu/ anak berdasarkan akibat fisik yang akan, baik berupa
sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan.
2. Tingkan
konvensional merupakan aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas
dasar menuruti harapan keluarga , kelompok, atau masyarakat.
3. Tingkat
pasca konvensional merupakan aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral
dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki
keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang
berpegang pada prinsip tersebut dan terlepas pula dari identivikasi diri dengan
kelompok tersebut.
Karakteristik yang menonjol dalam
perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan
kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal yaitu mulai
mampu berfikir abstrak dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat
hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya
terikat oleh waktu , tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang
menjadi sumber dasar hidup mereka.
Perkembangan pemikiran moral remaja yang
demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah
mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja seseorang akan memasuki
tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pasca konvensional.
Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak
tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
B. penyebab
akhlak dan moral remaja menurun
Adapun
yang menjadi akar masalah penyebab timbulnya krisis akhlak dan moral dalam diri
banyak remaja diantaranya adalah:
1. krisis
akhlak terjadi karena pegangan terhadap agama yang menyebabkan hilangnya
pengontrol diri dari dalam (self control)3. Selanjutnya alat pengontrol
perpindahan kepada hukum dan masyarakat. Namun karena hukum dan masyarakat juga
sudah lemah, maka hilanglah seluruh alat kontrol. Akibatnya manusia dapat
berbuat sesuka hati dalam melakukan pelanggaran tanpa ada yang menegur.
2. krisis akhlak terjadi karena pembinaan moral
yang dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat sudah kurang efektif.
Bahwa penanggungjawab pelaksanaan pendidikan di negara kita adalah keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Ketiga institusi pendidikan sudah terbawa oleh arus
kehidupan yang mengutamakan materi tanpa diimbangi dengan pembinaan mental
spiritual.
3. krisis
akhlak terjadi karena derasnya arus budaya hidup materialistik, hedonistik dan
sekularistik. Derasnya arus budaya yang demikian didukung oleh para penyandang
modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dengan memanfaatkan para
remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan akhlak para generasi
penerus bangsa.
4. krisis akhlak terjadi karena belum adanya
kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Kekuasaan, dana, tekhnologi,
sumber daya manusia, peluang dan sebagainya yang dimiliki pemerintah belum
banyak digunakan untuk melakukan pembinaan akhlak bangsa. Hal yang demikian
semakin diperparah dengan ulah sebagian elite politik penguasa yang sematamata
mengejar kedudukan, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara yang tidak
mendidik, sepeati adanya praktek korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal yang
demikian terjadi mengingat bangsa Indonesia masih menerapkan pola hidup
paternalistic.
C. faktor-faktor
pengembangan moral
Dalam
usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup terterntu,
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral diantaranya yaitu:
1. Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara
orang tua dan anak.
2. Faktor seberapa banyak model (orang-orang
dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain)
yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal.
3. Faktor
lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala segala unsur lingkungan
social yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsure lingkungan
berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai
perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4. Faktor selanjutnya yang memengaruhi
perkembangan moral adalah tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya
penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana
dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi
pula tingkat moral seseorang.
5. Faktor
Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan
menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan
dalam pergaulan dengan orang lain.
D. Upaya
untuk mengembangkan moralitas pada remaja
Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama
yang perlu dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan perkembangan moralnya,
yaitu :
1. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok
sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum. Harapan tersebut
terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Tindakan tertentu yang
dianggap “benar” atau “salah” karena tindakan itu menunjang, atau dianggap
tidak menunjang, atau menghalangi kesejahteraan anggota kelompok. Kebiasaan
yang paling penting dibakukan menjadi peraturan hukum dengan hukuman tertentu
bagi yang melanggarnya. Yang lainnya, bertahan sebagai kebiasaan tanpa hukuman
tertentu bagi yang melanggarnya.
2. Pengambangan hati nuranni sebagai kendali
internal bagi perliaku individu. Hati nurani merupakan tanggapan terkondisikan
terhadap kecemasan mengenai beberapa situasi dan tindakan tertentu, yang telah
dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan agresif dengan hukum.
3. Pengembangan perasaan bersalah dan rasa malu.
Setelah mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan digunakan
sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah adalah sejenis evaluasi diri, khusus
terjadi bila seorang individu mengakui perilakunya berbeda dengan nilai moral
yang dirasakannya wajib untuk dipenuhi. Rasa malu adalah reaksi emosional yang
tidak menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif
terhadap dirinya. Penilaian ini belum tentu benar-benar ada, namun
mengakibatkan rasa rendah diri terhadap kelompoknya.
4. Mencontohkan, memberikan contoh berarti
menjadi model perilaku yang diinginkan muncul dari anak, karena cara ini bisa
menjadi cara yang paling efektif untuk membentuk moral anak.
5. Latihan
dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan
merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia
dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak
kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain
sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak
6. Kesempatan melakukan interaksi dengan anggota
kelompok sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan
moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku
yang disetujui secara social, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya
untuk tidak berbuat sesuka hati.
Interaksi sosial
awal terjadi didalam kelompok keluarga. Anak belajar dari orang tua, saudara
kandung, dan anggota keluarga lain tentang apa yang dianggap benar dan salah
oleh kelompok sosial tersebut. Disini anak memperoleh motivasi yanjg diperlukan
untuk mengikuti standar perilaku yang ditetapkan anggota keluarga.
Melalui interaksi
sosial, anak tidak saja mempunyai kesempatan untuk belajar kode moral, tetap
mereka juga mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain mengevaluasi
perilaku mereka. Karena pengaruh yang kuat dari kelompok sosial pada
perkembangan moral anak, penting sekali jika kelompok sosial, tempat anak
mengidentifikasikan dirinya mempunyai standar moral yang sesuai dengan kelompok
sosial yang lebih besar dalam masyarakat.
E. implikasi
perkembangan moralitas remaja terhadap
penyelenggaraan pendidikan
Manusia pada umumnya
berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai
sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah,
yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah dapat
disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran
dalam suatu sistem pendidikan.
Cara pembelajaran
yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan per-kembangan anak, yakni memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. programnya disusun secara fleksibel dan tidak
kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak.
2. tidak dilakukan secara monoton, tetapi
disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas.
3. melibatkan penggunaan berbagai media dan
sumber belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan
menggunakan berbagai proses perkembangannya (Amin Budiamin, dkk., 2009:84)..
Ø Implikasi Perkembangan Moral
Purwanto (2006:31) berpendapat, moral bukan
hanya memiliki arti bertingkah laku sopan santun, bertindak dengan lemah
lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi dari itu.
Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta bangsa dan
sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara, berkemauan keras,
berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke dalam moral yang perlu
dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari anak-anak.
Adapun perkembangan moral menurut Santrock
yaitu perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Desmita,
2008:149).
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, salah
satunya melalui pendidikan langsung, seperti diungkapkan oleh Yusuf (2005:134).
Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku
yang benar-salah atau baik-buruk oleh orang tua dan gurunya.
Selanjutnya masih menurut Yusuf (2005:182),
pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak dapat memahami alasan yang
mendasari suatu bentuk perilaku dengan konsep baik-buruk. Misalnya, dia
memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua
merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap
hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang baik.
Selain pemaparan di atas, Piaget (Hurlock,
1980:163) memaparkan bahwa usia antara lima sampai dengan dua belas tahun
konsep anak mengenai moral sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras
tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan
anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral.
Misalnya bagi anak usia lima tahun, berbohong selalu buruk. Sedangkan anak yang
lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan. Oleh
karena itu, berbohong tidak selalu buruk.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan
pendidikan juga menjadi wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
moral peserta didik. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan
yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan moral
dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas
hendaknya dihubungkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian,
pembinaan perkembangan moral peserta didik sangat penting karena percuma saja
jika mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan,
tetapi jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina.
F. Analisis
Perkembangan
moral bagian penting dari seorang indivu.Moral merupakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan tingkah laku seseorang yang diharapkan dapat sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dari
kehidupan bagian individu tersebut.Perkembangan moral mampu membentuk
karakteristik individu, karakteristik dari peserta didik misalnya sikap sopan
santun, meberi salam, dan saling tegur sapa di dalam proses pembelajaran maupun
diluar jam pelajaran. Saling menghormati antar peserta didik dan dengan
pengajar maupun antar peserta didik. Selain itu bekali nilai-nilai religi
memperdalam agama dan kepercayaan masing-masing agar terbentuk akhlak dan
periaku yang baik pada peserta didik.
Nasihat yang diberikanpun bukan sekedar proses
memberikan pertolongan dan dukungan sosial saja, tetapi juga harus merujuk
dengan Maha Penciptanya, yakni Allah swt. Nasihat yang diberikan diarahkan
untuk mengembalikan keimanan dan ketakwaan serta religius, yang akan membawa
pada eksistensi dirinya dan dapat menemukan citra dirinya, sesuai dengan
kebenaran yang hakiki dan kemenangan yang abadi untuk meraih kebahagiaan
kehidupan yang hakiki.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A.
KESIMPULAN
Perkembangan religius remaja tergantung bagaimana
dan apa yang diperolehnya sejak masa anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan
agama yang diberikan kuat maka perkembangan religius remaja akan menjadi
positif dan banyak boleh jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila
terdapat kerancuan pemahaman terhadap keagamaan, maka perkembangan religius
remaja tersebut akan terganggu. Pada masa remaja, keagamaan sama pentingnya
dengan moral.
B. REKOMENDASI
Karakteristik
perkembangan moral dan religi pada peserta didik sangat penting diterap dalam
lingkup pendidikan mengingat perkembangan zaman dan moderenisasi yang membuat
moral generasi muda semakin terperosok. Oleh karena itu kami memberikan
rekomendasi untuk beberapa pihak terkait masalah ini.
1. Untuk
Dosen atau Guru
Guru
berperan tidak hanya memberikan pendidikan dalam bidang akademis saja namun
juga mendidik dalam membentuk kepribadian anak. Maka dari itu diperlukan metode
mengajar yang tidak monoton. Perlu adanya dorongan motivasi pada anak juga
paparan mengenai tindakan-tindakan yang baik dalam bentuk cerita. Menghukum
anak terlalu berat pun berpotensi anak semakin tidak suka pada mata pelajaran yang
diajarkan bahkan pada sosok guru tersebut.
2. Untuk Orang tua
Lingkungan
keluarga sangat berpengaruh dalam perkembangan moral dan spiritual anak. Untuk
itu perlu diciptakan kehidupan keluarga yang harmonis mengingat anak akan
selalu merekam apa yang terjadi dalam keluarganya. Disini peran orang tua
sangat dibutuhkan karena tingkah laku orang tua merupakan cerminan dari prilaku
anaknya kelak. Untuk membangun moral anak, maka orang tua harus selalu
memberikan perhatian dan dukungan untuk anaknya namun juga harus bias bersikap
tegas dalam menangani permasalahan anak.
REFERENSI
Ali,Muhammad dan Muhammad
Asrori.2004.psikologi Remaja.Jakarta: PT Bumi Aksara
Baharuddin.2009. Pendidikan dan
Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Baharuddin.2009.
Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Fatimah,
Enung.2006.Psikologi Perkembangan.Bandung: CV Pustaka Setia
Hartono,
Agung.2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Sjarkawi.2006.Pembentukan
Kepribadian Anak.Jakarta: PT Bumi Aksara
Syamsuddin,
Abin.2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Yusuf,
Syamsu.2011.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Rajawali Pers
http://newijayanto.blogspot.com/2011/12/karakteristik-perkembangan-moralitas.html.
Langganan:
Postingan (Atom)