12DclHzeGq8Vg6OExIjZhg77PyGlDl1Jr4gug2ariAG4

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN



MAKALAH
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Yang diampu oleh Ibu Siti Nurlaila, S.Psi., M.Psi. dan Triana Asih, S.Pd., M.Pd.


Oleh :
Kelompok 8
1.    Livia Indri Puasari            (15320046)
2.    Sarni Warningsih               (15320065)     


 

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGR AM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Mei 2016





KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehigga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ” .
Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan untuk mengetahui perkembangan morallitas Remaja serta Implikasinya dalam Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut terutama disebabkan karena kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis. Hanya dengan kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif maka kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil. Namun dalam penulisan makalah ini ada sepercik harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta diridlai oleh Allah SWT amin.


Metro, Mei 2016

   Kelompok 8



 


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Permasalahan
Peserta didik merupakan aset utama dalam misi memajukan bangsa. Mereka perlu didik dengan benar supaya tidak menjadi generasi penerus yang salah kaprah. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma hukum dan agama. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bab II Pasal 4, dijelaskan bahwa: ”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan  dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa”1. Ini merupakan salah satu dasar dan tujuan dari pendidikan nasional yang seharusnya menjadi acuan bangsa Indonesia. Dipasal tersebut juga membahas tentang tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan . Maka dari itu diperlukan pengembangan moral pada peserta didik. Ditambah lagi dengan semakin menurunnya moral dan akhlak remaja masa kini yang ditandai dengan aksi anarkis, penggunaan narkoba, free sex, dan pornografi sehingga urgensi pengembangan moral harus lebih ditekankan dalam lingkup pendidikan.
B.     Rumusan Permasalahan
1.      Apa saja karakteristik pengembangan moral ?
2.      Apa penyebab akhlak dan moral remaja masa kini semakin menurun?
3.      Apa faktor-faktor pengembangan moral ?
4.      Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan moralitas pada remaja?
5.      Bagaimana implikasi perkembangan moralitas remaja terhadap  penyelenggaraan pendidikan?
C.     Tujuan Dan Manfaat Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui penyebab akhlak dan moral remaja masa kini semakin menurun
2.      Mengetahui apa saja yang termasuk karakteristik pengembangan moral dan religi peserta didik.
3.       Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhiperkembangan moral dan religi peserta didik.
4.      Mengetahui dan dapat mengaplikasikan upaya pengembangan moral dan religi peserta didik di ruang lingkup pendidikan.
5.      Memahami implikasi perkembangan peserta didik terhadap pendidikan.

D.    Metode Pembahasan
Dalam penulisan makalah ini untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode literatur (Buku) dan mencari informasi dari media elektronik atau browsing di internet. Hal ini dilakukan untuk menambah informasi yang berhubungan dengan kakteristik perkembangan moralitas remaja serta Implikasinya dalam pendidikan.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Perkembangan Moral  Remaja
Ali (2004) menyatakan bahwa moral merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral  kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.
Enung (2006) menyatakan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan , akhlak, kewajiban dan sebagainya,dapat membedakan antara yang benar dan yang salah,moral juga mendsari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku.
Sjarkawi (2006) menyatakan bahwa morasegala hal yang berl adarulah segala hal yang berurusan dengan sopan santun, moral berasal dari tradisi atau adat,agama dan lain-lainnya. Moral yang baik, berasal dari cara berpikir moralnya yang tinggi berdasarkan pertimbangan moral yang bersumber dari perkembangan moral kognitifnya.
Karakteristik perkembangan moralitas pada remaja, Dalam moralitas terdapat nilia-nilai moral, yaitu seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat keburukan. Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Pada masa remaja, individu tersebut harus mengendalikan perilakunya sendiri agar sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dimasnyarakat, yang mana sebelumnya menjadi tanggung jawab guru dan orang tua.
 Tahap-tahap perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence E. Kohlberg berikut ini:
1.      Tingkat prakonvensional pengertiannya aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral masih ditafsirkan oleh individu/ anak berdasarkan akibat fisik yang akan, baik berupa sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan.
2.      Tingkan konvensional merupakan aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga , kelompok, atau masyarakat.
3.      Tingkat pasca konvensional merupakan aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip tersebut dan terlepas pula dari identivikasi diri dengan kelompok tersebut.
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal yaitu mulai mampu berfikir abstrak dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat oleh waktu , tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi sumber dasar hidup mereka.
Perkembangan pemikiran moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pasca konvensional. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
B.     penyebab akhlak dan moral remaja menurun
Adapun yang menjadi akar masalah penyebab timbulnya krisis akhlak dan moral dalam diri banyak remaja diantaranya adalah:
1.       krisis akhlak terjadi karena pegangan terhadap agama yang menyebabkan hilangnya pengontrol diri dari dalam (self control)3. Selanjutnya alat pengontrol perpindahan kepada hukum dan masyarakat. Namun karena hukum dan masyarakat juga sudah lemah, maka hilanglah seluruh alat kontrol. Akibatnya manusia dapat berbuat sesuka hati dalam melakukan pelanggaran tanpa ada yang menegur.
2.      krisis akhlak terjadi karena pembinaan moral yang dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat sudah kurang efektif. Bahwa penanggungjawab pelaksanaan pendidikan di negara kita adalah keluarga, masyarakat dan pemerintah. Ketiga institusi pendidikan sudah terbawa oleh arus kehidupan yang mengutamakan materi tanpa diimbangi dengan pembinaan mental spiritual.
3.       krisis akhlak terjadi karena derasnya arus budaya hidup materialistik, hedonistik dan sekularistik. Derasnya arus budaya yang demikian didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dengan memanfaatkan para remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan akhlak para generasi penerus bangsa.
4.      krisis akhlak terjadi karena belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Kekuasaan, dana, tekhnologi, sumber daya manusia, peluang dan sebagainya yang dimiliki pemerintah belum banyak digunakan untuk melakukan pembinaan akhlak bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah dengan ulah sebagian elite politik penguasa yang sematamata mengejar kedudukan, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara yang tidak mendidik, sepeati adanya praktek korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal yang demikian terjadi mengingat bangsa Indonesia masih menerapkan pola hidup paternalistic.

C.     faktor-faktor pengembangan moral
Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup terterntu, Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral  diantaranya yaitu:
1.      Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2.      Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal.
3.       Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala segala unsur lingkungan social yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsure lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4.      Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
5.       Faktor Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.

D.    Upaya untuk mengembangkan moralitas pada remaja
Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang perlu dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan perkembangan moralnya, yaitu :
1.      Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum. Harapan tersebut terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Tindakan tertentu yang dianggap “benar” atau “salah” karena tindakan itu menunjang, atau dianggap tidak menunjang, atau menghalangi kesejahteraan anggota kelompok. Kebiasaan yang paling penting dibakukan menjadi peraturan hukum dengan hukuman tertentu bagi yang melanggarnya. Yang lainnya, bertahan sebagai kebiasaan tanpa hukuman tertentu bagi yang melanggarnya.
2.      Pengambangan hati nuranni sebagai kendali internal bagi perliaku individu. Hati nurani merupakan tanggapan terkondisikan terhadap kecemasan mengenai beberapa situasi dan tindakan tertentu, yang telah dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan agresif dengan hukum.
3.       Pengembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Setelah mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah adalah sejenis evaluasi diri, khusus terjadi bila seorang individu mengakui perilakunya berbeda dengan nilai moral yang dirasakannya wajib untuk dipenuhi. Rasa malu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya. Penilaian ini belum tentu benar-benar ada, namun mengakibatkan rasa rendah diri terhadap kelompoknya.
4.      Mencontohkan, memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk membentuk moral anak.
5.       Latihan dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak
6.      Kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara social, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati.

Interaksi sosial awal terjadi didalam kelompok keluarga. Anak belajar dari orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain tentang apa yang dianggap benar dan salah oleh kelompok sosial tersebut. Disini anak memperoleh motivasi yanjg diperlukan untuk mengikuti standar perilaku yang ditetapkan anggota keluarga.
Melalui interaksi sosial, anak tidak saja mempunyai kesempatan untuk belajar kode moral, tetap mereka juga mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain mengevaluasi perilaku mereka. Karena pengaruh yang kuat dari kelompok sosial pada perkembangan moral anak, penting sekali jika kelompok sosial, tempat anak mengidentifikasikan dirinya mempunyai standar moral yang sesuai dengan kelompok sosial yang lebih besar dalam masyarakat.

E.     implikasi perkembangan moralitas remaja terhadap  penyelenggaraan pendidikan
Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan.
Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan per-kembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak.
2.      tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas.
3.       melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses perkembangannya (Amin Budiamin, dkk., 2009:84)..
Ø  Implikasi Perkembangan Moral
Purwanto (2006:31) berpendapat, moral bukan hanya memiliki arti bertingkah laku sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara, berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke dalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari anak-anak.
Adapun perkembangan moral menurut Santrock yaitu perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Desmita, 2008:149).
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, salah satunya melalui pendidikan langsung, seperti diungkapkan oleh Yusuf (2005:134). Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk oleh orang tua dan gurunya.
Selanjutnya masih menurut Yusuf (2005:182), pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak dapat memahami alasan yang mendasari suatu bentuk perilaku dengan konsep baik-buruk. Misalnya, dia memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang baik.
Selain pemaparan di atas, Piaget (Hurlock, 1980:163) memaparkan bahwa usia antara lima sampai dengan dua belas tahun konsep anak mengenai moral sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Misalnya bagi anak usia lima tahun, berbohong selalu buruk. Sedangkan anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan. Oleh karena itu, berbohong tidak selalu buruk.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan moral dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas hendaknya dihubungkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian, pembinaan perkembangan moral peserta didik sangat penting karena percuma saja jika mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan, tetapi jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina.

F.      Analisis
Perkembangan moral bagian penting dari seorang indivu.Moral merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkah laku seseorang yang diharapkan dapat  sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dari kehidupan bagian individu tersebut.Perkembangan moral mampu membentuk karakteristik individu, karakteristik dari peserta didik misalnya sikap sopan santun, meberi salam, dan saling tegur sapa di dalam proses pembelajaran maupun diluar jam pelajaran. Saling menghormati antar peserta didik dan dengan pengajar maupun antar peserta didik. Selain itu bekali nilai-nilai religi memperdalam agama dan kepercayaan masing-masing agar terbentuk akhlak dan periaku yang baik pada peserta didik.
Nasihat yang diberikanpun bukan sekedar proses memberikan pertolongan dan dukungan sosial saja, tetapi juga harus merujuk dengan Maha Penciptanya, yakni Allah swt. Nasihat yang diberikan diarahkan untuk mengembalikan keimanan dan ketakwaan serta religius, yang akan membawa pada eksistensi dirinya dan dapat menemukan citra dirinya, sesuai dengan kebenaran yang hakiki dan kemenangan yang abadi untuk meraih kebahagiaan kehidupan yang hakiki.



BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.    KESIMPULAN
Perkembangan religius remaja tergantung bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak masa anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan agama yang diberikan kuat maka perkembangan religius remaja akan menjadi positif dan banyak boleh jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila terdapat kerancuan pemahaman terhadap keagamaan, maka perkembangan religius remaja tersebut akan terganggu. Pada masa remaja, keagamaan sama pentingnya dengan moral.

B.     REKOMENDASI
Karakteristik perkembangan moral dan religi pada peserta didik sangat penting diterap dalam lingkup pendidikan mengingat perkembangan zaman dan moderenisasi yang membuat moral generasi muda semakin terperosok. Oleh karena itu kami memberikan rekomendasi untuk beberapa pihak terkait masalah ini.
1.      Untuk Dosen atau Guru
Guru berperan tidak hanya memberikan pendidikan dalam bidang akademis saja namun juga mendidik dalam membentuk kepribadian anak. Maka dari itu diperlukan metode mengajar yang tidak monoton. Perlu adanya dorongan motivasi pada anak juga paparan mengenai tindakan-tindakan yang baik dalam bentuk cerita. Menghukum anak terlalu berat pun berpotensi anak semakin tidak suka pada mata pelajaran yang diajarkan bahkan pada sosok guru tersebut.
2.       Untuk Orang tua
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam perkembangan moral dan spiritual anak. Untuk itu perlu diciptakan kehidupan keluarga yang harmonis mengingat anak akan selalu merekam apa yang terjadi dalam keluarganya. Disini peran orang tua sangat dibutuhkan karena tingkah laku orang tua merupakan cerminan dari prilaku anaknya kelak. Untuk membangun moral anak, maka orang tua harus selalu memberikan perhatian dan dukungan untuk anaknya namun juga harus bias bersikap tegas dalam menangani permasalahan anak.








REFERENSI
Ali,Muhammad dan Muhammad Asrori.2004.psikologi Remaja.Jakarta: PT Bumi           Aksara
Baharuddin.2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Baharuddin.2009. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Fatimah, Enung.2006.Psikologi Perkembangan.Bandung: CV Pustaka Setia
Hartono, Agung.2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Sjarkawi.2006.Pembentukan Kepribadian Anak.Jakarta: PT Bumi Aksara
Syamsuddin, Abin.2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Yusuf, Syamsu.2011.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Rajawali Pers
http://newijayanto.blogspot.com/2011/12/karakteristik-perkembangan-moralitas.html.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS